Pages

Kamis, 14 Januari 2016

BAZAR!! (Repost)

Saat Morcaf (Morning Cafe) Pakarena III UST UNHAS di Pantai Losari
Bazar, apa yang muncul dipikiran kita saat mendengar kata yang satu ini. Mungkin ada yang bilang lawannya kecil?? *eh ya itu Besaar bukan Bazaar* atau menganggap sebagai salah salah satu bentuk bisnis baru dikalangan mahasiswa??

Bazar memang menjadi salah satu alternatif pencarian dana yang paling sering dilakukan mahasiswa. Mulai dari pencarian dana untuk kegiatan himpunan, maupun sekedar mencari uang tambahan buat beli smartphone *ongol*. Teringat ketika saya masih duduk dibangku sekolah dan masih tinggal di kampung saya di daerah. Mendengar kata bazar, hati rasanya sudah sangat senang sekali. Berasa ada restoran bintang berapa gitu yang mampir dikampung buat cari pelanggan.

Bahkan jauh-jauh hari saya sudah siapkan duit buat datang keacara itu, walaupun makanan yang mahal dan sedikit jumlahnya. Tapi orang dikampung saya senang sekali jika ada yang mau menyelenggarakan bazar, bahkan tmpatnya pun mendadak ramai. Ibu maupun Bapak saya dulu juga rela menyisihkan sebagian uangnya buat dikasih ke kami anak2nya untuk bisa datang ke bazar itu. 

Saya masih ingat ketika itu datang ke acara bazar salah satu organisasi pemuda dikampung. Saya bersama dua adik dan beberapa teman main, ramai2 buat berkunjung di Bazar itu. Masih jelas diingatan saya, ketika itu saya memesan satu porsi mie kering. Dan harganya sekitar 8 ribu rupiah yang jaman itu bisa terbilang mahal, tapi dengan bangganya saya mau untuk membelinya. Satu lagi, roti sandwich yang menurut saya gak pantas buat disebut sandwich karena isinya cuma roti tawar yang diberi susu dan gula pasir saja. Dan harganya 4 ribu rupiah. Dan lagi2 saya rela untuk membayarnya.

 Nah, sekarang?? Setelah tinggal dan berkuliah dikota, jika melihat sekelompok orang yang menyelenggarakan bazar tiba-tiba saya tersadar, menertawakan kebodohan masa kecil. Kenapa dengan bangga dan relanya mengeluarkan uang begitu banyak untuk membeli makanan yang harganya hampir 50% lebih mahal dari harga asalnya. Karena mungkin saya sudah tersadar jika bazar bisa adalah neraka yang melahap habis uang yang mahasiswa asal daerah yang tinggal ngekost dianggap sebagai barang yang harus dijaga dengan baik agar bisa selamat dan mencukupi selama kurang lebih sebulan.

Bodoh, tapi yah namanya juga orang kampung. Tapi sekarang jika melihat dikantin kampus sedang ramai2nya sekelompok mahasiswa yang mengadakan bazar kadang sayapun cari-cari alasan untuk tidak TERJEBAK ikut andil jadi pelanggan bazar itu. Kalaupun tertangkap ya udah pilih makanan paling murah. Hahahahah.

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Tulisan diatas merupakan tulisan yang saya buat beberapa tahun lalu. Ketawa-ketawa sendiri baca tulisan ini. Pikiran mahasiswa semester awal. Kalau boleh komen tentang tulisan ini ke diri saya waktu itu, "We reza tolo, Bazar itu ndak selamanya di cap sebagai hal yang negatif. Adaji juga bazar yang dibuat untuk acara charity. Jadi jangan spenuhnya salahkan Bazar, malah bazar juga bisa jadi ajang kumpul-kumpul toh, yah sebagai pengikat tali silaturahmi. Lagian cuma beda seribu atau duaribuji biasa, yah setidaknya anggap dirimu menyumbang untuk kepentingan orang banyak," hahahhaha. (reza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fotonya @rezakahlil

Fotonya @rezakahlil
Sayami Ini, Inimi Saya